Oleh: Wahyu E.S.
Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya. Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan untuk menunda pernikahan. Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses berumah tangga.
Bicara tentang menikah muda dan yang
pernah saya alami dulu, ketika kita dengar dari orang sekitar kita bahwa
menikah di usia muda itu banyak manfaatnya itu benar, salah satunya seperti bisa
melihat cucu karena usia kita nggak terlalu tua nantinya. Ada juga yang nggak
bisa mengelak untuk menikah muda karena dorongan orangtua yang berkeinginan menimang cucu dan kita takut merasa durhaka ketika menolak permintaan tersebut.
Kata orang tua saya, usia nggak bisa mengukur kedewasaan
seseorang. Sebenarnya kedewasaan seseorang juga ditentukan oleh pengalaman.
Misalkan ada pasangan yang menikah di usia 18 tahun, di mana mereka menikah dan
langsung memiliki keturunan. Apakah mereka sudah cukup dewasa untuk
menyelesaikan masalah dan mengasuh anak? Apakah mereka bisa mengontrol emosi
mereka? Bahkan, nggak sedikit dari mereka yang meminta bantuan orangtua untuk
menyelesaikan masalah yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.
Mungkin di antara kita ada yang sudah diberi kode oleh orangtua. Yang masih
single disuruh cari pacar bahkan dijodohkan, yang masih pacaran
disuruh menikah dan yang baru menikah disuruh punya anak. Biasanya, alasan
terbesar orangtua menyuruh anaknya segera menikah adalah ingin melihat cucu.
Dari sudut pandang orangtua, kita bisa memaklumi karena usia nggak ada yang
tahu dan mumpung umur masih ada, mereka ingin melihat keturunan kita.
Tidak sulit mencari pasangan yang sempurna. Selama kita tidak memperumit
diri kita dengan bejibun kriteria. Ketahuilah, ketika
kesempurnaan adalah syarat sesorang boleh menikah dengan kita, maka kita telah
menjadi orang yang egois. Karena kita hanya menuntut orang lain, sedangkan diri
sendiri tidak sempurna. Orang yang menunggu untuk menjadi seseorang yang
benar-benar sempurna baik di bidang agama, sosial, atau materi sama saja tidak
mau menikah. Karena kesempurnaan adalah milik Allah.
Merupakan hal yang sangat terpuji jika seseorang berusaha semaksimal mungkin memantaskan dirinya agar kelak dapat menjadi orang yang ideal bagi pasangan hidupnya. Namun sangat disayangkan, jika kemapanan harta dan jenjang pendidikan dijadikan alasan untuk menunda pernikahan. Apalagi dianggap sebagai satu-satunya kunci sukses berumah tangga.
Hidup itu seluruhnya adalah proses, proses mendewasakan dan proses yang
menjadikan seseorang lebih pantas. Keputusan yang tepat
adalah menikah meskipun masih miskin harta dan ilmu. Seperti apa yang pernah saya alami dulu ketika akan memutuskan untuk
menikah. Pernikahan itu
pun akan membuat amal dan ilmu lebih sempurna, selama pernikahan itu dipenuhi
semangat menuntut ilmu.
Pastinya semua manusia ingin bahagia. Walaupun bahagia itu sendiri berbeda-beda
menurut persepsi orang. Bagi sebagian, bahagia
itu sederhana, asal bisa beribadah walaupun miskin. Menurut yang lain, bahagia
adalah kepuasan meraih sukses (pendidikan tinggi, karir menanjak, nama baik,
penghargaan dll).
Terserah yang mana, apapun itu. Kalau Anda kelompok pertama, menikahlah.
Karena pernikahan adalah ibadah dan menyejukkan.
Jujur saja, sering kali kita dibuat tertawa lucu dan gemas saat melihat
anak-anak dan balita. Kita juga merasa bangga ketika menonton acara anak-anak
berprestasi di TV dan lomba. Tidak jarang kita
membayangkan betapa bahagianya kita jika anak-anak itu adalah anak kandung kita
sendiri.
Boleh diketahui, dorongan seksual adalah fitrah
manusia yang juga dimengerti dalam ilmu biologi.
Islam tidak memerintahkan untuk membuhuh nafsu, melainkan mengendalikannya. Sedangkan mengendalikan itu semua sangatlah sulit. Semakin bertambahnya usia kita, makin bertambah, makin bergejolak. Tentunya sangat
berbahaya.
Dorongan tersebut lama-kelamaan tidak akan dapat ditahan, terlebih di
zaman teknologi ini. Di mana-mana banyak wanita berpakaian minim, ketat, bahkan
telanjang. Akhirnya, seorang dapat terjerumus dalam perzinaan. Inilah yang
ingin dijaga oleh Agama Islam.
Sungguh, pernikahan akan semakin menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan, serta menjauhkan dari perbuatan zina yang sangat dimurkai oleh Allah. Semoga pengalaman
berbagi saya ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Aamiin...!
Jangan Takut dan Ragu Menikah di Usia Muda
Reviewed by wawawahyu
on
January 26, 2020
Rating:
![Jangan Takut dan Ragu Menikah di Usia Muda](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGrRxcwyiu0h1ZoPWifxj1jdTfOwHfB17F9pmcLlx71o5fcvdQ9NLQmFALx8Hd8hCTXll9Hwb0DaZEqZbsDLgYj8ObN5duNYYsVD78IN8haJWbBe2OoB2wokdE7s1BYNwQ9bdx36U-nuY/s72-c/poto+saya.jpg)
No comments: